Senin, 19 Desember 2011

AR RAHMAAN | AR RAHIIM



AKU-lah Allah, AKU-lah yang Maha Penyayang, AKU ciptakan hubungan kekeluargaan dan AKU keluarkan dari sebuah Nama-KU maka barang siapa yang menghubungkannya maka AKU menghubungkan dengannya dan barangsiapa yang memutuskannya maka AKU akan memutuskan darinya

Sifat AR RAHMAAN (yang Maha Pemurah) dan AR RAHIIM (yang Maha Penyayang), keduanya berasal dari sifat kasih sayang-NYA (kerahiman) dan sasaran dari kerahiman adalah orang yang membutuhkannya.

Orang-orang yang mengamalkan sifat-sifat ini pada dirinya harus didahului dengan adanya perhatian terhadap orang yang fakir, niat dan kehendak; karena orang yang memenuhi kebutuhan orang yang fakir tidak dapat disebut penyayang jika tidak didahului dengan perhatian kepada yang fakir, niat dan kehendak; tetapi seseorang juga tidak akan disebut penyayang jika hanya sebatas ingin memenuhi kebutuhan orang fakir tetapi tidak melaksanakannya, yang sesungguhnya dia mampu untuk memenuhinya, tetapi orang ini sudah dapat disebut pengasih walau dalam pengertian yang kurang sempurna.

Dan kemudian meluruskan niatnya untuk melaksanakan jika adanya kehendak. Kerahiman Sifat yang sempurna dan menyeluruh, sempurna karena kerahiman tersebut ingin memenuhi kebutuhan mereka yang membutuhkan dan menyeluruh karena kerahimaan tersebut meliputi pihak yang membutuhkan dan pihak yang tidak patut menerimanya yang mencakup perbuatan untuk dunia dan akhirat.

Ar Rahmaan (yang maha pengasih) lebih khusus daripada Ar Rahiim karena Ar Rahmaan lebih berkaitan dengan nama-nama Allah yang paling indah (Asmaaul Husna) dan pada hakikatnya Ar-Rahmaan adalah suatu kerahiman yang berada diluar kemampuan manusia karena sifat ini lebih tersembunyi dikedalaman hati yang dimiliki oleh orang yang hidup dengan hati yang berdzikir dan hati yang bertaubat kepada Allah.

`Katakanlah: serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, DIA mempunyai Al-Asmaaul Husna (nama-nama yang paling indah) ' [Al Israa' 110]

Dan akan terlihat setelah pelaksanaan kehendak dan sifat ini berkaitan dengan kebahagiaan akhirat, sementara Ar-Rahiim walaupun tersimpan di hati yang paling dalam tetapi akan tercermin di wajah, lisan dan pergerakan anggota tubuhnya.

Manusia yang memiliki sifat Ar-Rahiim adalah manusia yang tidak berpaling dari orang-orang yang membutuhkannya, yaitu dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sejauh dirinya mampu, tidak berpaling dari keberadaan orang-orang miskin disekitarnya dan menyediakan bantuan untuk melepaskan mereka dari kemiskinan, baik dengan kekayaan maupun dengan kedudukannya atau dengan menjadi perantara bagi mereka dan jika mereka tidak mampu melakukan itu semua maka mereka membantu dengan doa dan mencintai mereka sebagaimana mencintai saudaranya dan turut merasakan kemalangannya.

Manusia yang mengamalkan sifat Ar Rahmaan dan Ar Rahiim adalah manusia yang menunjukkan kerahiman kepada orang-orang yang lalai dan kemudian mengajaknya agar tidak lagi melalaikan hak-hak Allah dengan melalui teguran dan nasehat yang disertai dengan kelembutan, tidak memandang kedurhakaan mereka dengan pandangan kehinaan tetapi memandang kedurhakaan mereka sebagai suatu kemalangan yang kemudian sifat kerahimannya mendorongnya untuk berupaya membantunya agar mereka selamat dari azab Allah.

Setiap keburukan mengandung kebaikan didalamnya jika keburukan itu dihapuskan maka kebaikan didalamnya juga terhapuskan dan hasil akhirnya adalah keburukan yang lebih buruk daripada keburukan yang mengandung kebaikan.

Bagi Allah dunia ini sudahlah selesai tetapi bagi manusia yang masih hidup, kehidupan dunia masih harus dijalani, hanya bagaimana manusia menyikapi waktu yang tersisa, apakah sesuai dengan kehendak sang pencipta bahwa manusia diciptakan hanyalah untuk menyembah kepada penciptanya atau hanya menjadi manusia yang ingkar pada Penciptanya.


Imam Al-Ghazali


http://fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=281:ar-rahmaan-ar-rahiim&catid=47:asma-allah&Itemid=147

Tidak ada komentar:

Posting Komentar