Minggu, 25 Desember 2011

TAUBAT



Kenapa manusia harus berakhlak kepada Allah?


Sebab manusia akan berakhlak dengan baik kepada yang lain kalau dia berakhlak kepada Allah. Kalau kepada Allah saja dia tidak berakhlak bagaimana mungkin dia akan berakhlak kepada manusia, makhluk dan alam semesata.

Umar bin Khattab jika mengangkat gubernur ia hanya bertanya satu hal saja, bagaimana shalat berjamaahnya, suka ke masjid atau tidak? Kalau laporannya adalah ke masjid setiap waktu shalat, maka dia layak menjadi gubernur. Alasan Umar sederhana saja, shalat itu amanah Allah, kalau amanah Allah sudah diabaikan apalagi amanah manusia. Tapi kalau amanah Allah dia jaga, Insya allah dia akan menjaga amanah manusia. Demikian juga dengan akhlak, kalau dia berakhlak baik kepada Allah, insyaallah dia juga akan berakhlak baik kepada sesama.

Raja Najasyi waktu bertanya kepada Ja’far bin Abi Thalib, apakah orang yang mengaku Nabi itu pernah berdusta? Kata Abu Sufyan, setahu kami dia tidak pernah berdusta. Ini ciri kenabian. Kenapa begitu? Kalau kepada manusia saja dia tidak berdusta mana mungkin dia berani berdusta atas nama Tuhan.

Jadi sederhana saja mengukur kehidupan itu. Makanya pantas Nabi mengatakan:
“Atsqolus sholaati ‘alal munaafiqi sholaatul ‘isyaa’i wa sholaatil fajri”
(“Salat yang paling berat untuk orang munafik adalah salat isya dan solat fajri”)
Maka jika ada ustadz yang tidak pernah salat jamaah subuh, maka titel ustadznya harus dipertanyakan. Kalau ustadznya saja tidak pergi ke masjid bagaimana dengan jamaahnya. Kata orang Amerika, kalau jumlah kaum muslimin yang shalat subuh sudah seperti jumlah orang yang shalat Jum’at, maka Amerika akan bisa dikalahkan oleh orang Islam.

Akhlak kepada Allah banyak ragamnya diantaranya, yang pertama dan yang paling utama adalah beribadah. Kemudian taubat, sabar, syukur, ridho, istiqomah dan do’a. Hanya saja pada kesempatan ini saya hanya membahas tentang taubat.

Apa itu taubat? Taubat berasal dari kata taaba yatuubu taubatan, yang artinya, pertama ar ruju’ kembali. Asalnya tidak mau kemasjid kembali mau kemasjid, asalnya tidak mau menutup aurat kembali menutup aurat. Arti kedua, nadama, menyesal. Menyesal sering mengabaikan perintah Allah. Menyesal sering melawan suami. Dan yang ketiga, nawa, bertekad, berazam untuk memperbaikinya di masa yang akan datang.
Taubat secara istilah adalah kembalinya seorang hamba yang asalnya jauh kepada Allah menjadi dekat kepada Allah, dari maksiat menjadi taat, dari jahililah kepada Islam dan dari musyrik kepada tauhid.

Alasan mengapa kita harus bertobat:

1. Taubat adalah merupakan kebutuhan manusia.
Taubat adalah merupakan kebutuhan manusia, karena manusia ini tidak lepas dari kesalahan. Sebagaimana

Nabi Muhammad Saw bersabda :
“Kullu bani aadama khoththooun wa khoirul khoththtooiina at tawwaabuun”.(“Setiap Anak Adam pasti ada saja berbuat salah (khilaf), tetapi sebaik-baik yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat”).

Hanya saja hadits ini jangan dijadikan dalih untuk menjustisifikasi kesalahan yang sengaja dilakukan, tetapi ini sebuah peringatan agar manusia berhati-hati atas segala ucapan, tingkahlaku dan perbuatannya. Manusia memang tidak luput dari kesalahan, bahkan jangankan manusia pada umumnya, sampai orang bertakwa sekaliapun ada saja yang berbuat kesalahan. Di surat Ali Imran ketika Allah bercerita tentang orang-orang yang berbuat kebajikan dalam surat Ali Imron, 3:135 , yang artinya :
“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau mendzalimi diri mereka sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka mengetahui.

Ayat tersebut menjadi dalil bahwa jangankan manusia pada umumnya sampai orang bertaqwa pun ada saja melakukan kesalahan dan kekhilafan. Tapi dia tidak membiarkan dirinya terus melakukan kesalahan itu, terus asyik dalam perbuatan dosa tapi segera bertaubat kepada Allah. Jadi dengan demikian taubat merupakan kebutuhan kita sebagai manusia, sebab kita tidak pernah lepas dari segala kekhilafan dan kesalahan.

2. Taubat merupakan perintah Allah kepada seluruh orang yang beriman.
Allah Swt memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk selalu bertobat kepadaNya, sebagaimana firmanNya dalam surat At-Tahriim, 66:8, yang artinya:
”Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahanya sungai-sungai”.

Dalam ayat tersebut yang diperintahkan bertaubat itu, bukan ahlul ma’siat (orang yang senantiasa berbuat maksiat), tetapi yang diperintahkan untuk bertobat adalah orang yang beriman.

Ibnul Qoyyim al-jauzy dalam kitabnya Tahdib Madaarijis Shaalihiin, ketika mengomentari ayat ini, beliu mengatakan, ayat ini termasuk ayat madaniyah yang menjadi khitobnya adalah orang beriman yang sudah teruji keimanannya. Meraka sudah hijrah dan berjihad. Hijrah itu bukan perkara yang ringan tetapi teramat sangat berat yang menunjukkan kedalaman keimanan mereka kepada Allah Swt. Mereka harus meninggalkan rumah tempat tinggal, keluarga dan sanak saudara. Diantara mereka ada yang meninggalkan perniagaan, ladang, perkebunan peternakan dan harta benda mereka menuju Madianah yang belum jelas akan tidur dimana, tinggal dimana dan tidak mempunyai uang sepeserpun. Tapi ini perintah Allah, tidak ada pilihan kecuali sami’na wa atho’na, (kami dengar dan kami taati). Sudah berkorban habis-habisan, keimanannya sudah teruji masih diperintahkan bertaubat. Berarti taubat itu bukan hanya bagi mereka yang sering melakukan maksiat tetapi juga bagi seluruh orang yang beriman. jadi jelas, taubat itu bukan saja kebutuhan kita sebagai manusai yang suka khilaf dan salah, tapi perintah Allah kepada orang-orang beriman.

3. Rasulullah Saw sebagai teladan orang-orang beriman adalah Imaam at Tawwabiin (pemimpin orang-orang yang bertaubat).
Rasul yang wajib kita ikuti, beliau tidak pernah kurang dari 70-100 kali beristigfar dan bertaubat. Dalam hadits riwayat Bukhary belaiau berkata;
“Wallahi inni laastaghfiru wa atuubu ilallahi fi yaumin aktsaro min sab’iina marroh”.
(Demi Allah aku bertobat dan beristighfar dalam sehari lebih dari 70 kali). Nabi yang ma’sum, dosanya sudah diampuni, yang selalu melaksanakan perintah Allah, dalam sehari tidak kurang dari 70 kali beristigfar dan memohon ampun kepada Allah.

Dalam riwayat yang lainnya , yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah Saw bersabda :
”Ayyuhan naasu tuubuu ilallahi, fainni atuubu ilaihi fi yaumin miatu marroh”
(Wahai manusia bertobatlah kalian kepada Allah dan sesungguhnya aku bertobat kepada Allah dalam sehari 100 kali).

Lalu bagaimana dengan kita?, padahal maksiat yang kita lakukan tidak terhitung jumlahnya, dari hari kehari dosa semakin menumpuk, maka terapilah diri kita dengan istigfar. Banyak-banyaklah beistigfar dan bertaubat.
Seorang sahabat Ibnu Umar menghitung taubat Rasulullah dalam satu majlis saja Rasul membaca 100 kali :
“Rabbigfirlii wa tub ‘alayya innaka antat tawwabul ghofuur”
(Ya allah ampunilah aku terimalah taubatku sesungguhnya engkau maha pengampun dan maha penerima taubat).

Atau dalam redaksi yang lain:
”Rabbigfirlii wa tub ‘alayya innaka antat tawwaabur rohiim”
Dan dalam riwayat yang lain Rasul mengatakan minimal dalam sehari kita membaca pada waktu pagi dan sore sayyidul istighfar:

“Allahumma anta robbi laa ilaaha illa anta kholaqtanii wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastaho’tu a’uudzubika min syarri ma shona’tu abu’u laka bini’matika ‘alayya wa abu’u bidzanbii fagfirlii fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta”.

Kala terlalu panjang ada yang lebih pendek lagi
“Astagfirullahal ladzi laa ilaaha illa hual hayyul qoyyuum wa atuubu ilaihi”
Itu juga terlalu panjang

“Rabbigfirlii wa tub ‘alayya innaka antat tawwwabul ghofuur” Itu juga belum hafal maka bacalah “Astaghfirullahal ‘azhiim”

4. Allah mencintai orang-orang yang bertaubat.
Dan ini Allah sendiri yang mengatakannya, sebagimana firmanNya surat Al-Baqoroh, 2:222
“Sesungguhnya Allah maha menyukai orang-orang yang bertaubat dan dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”


Kalau mau dicintai Allah maka bertaubatlah. Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan sungguh Allah merasa gembira ketika menerima taubat hambanya. Kegembiraanya ini melebihi seorang musafir yang kehilangan untanya yang sudah ia cari kemana-mana tetapi tidak ketemu, ketika sudah merasa lelah dia duduk dan ajaibnya ontanya datang dengan sendirinya. Maka bergembiralah si musafir tadi dan kegembiraan Allah melebihi musafir tadi.

Allah sangat senang dan bergembira jika ada hamba-Nya yang bertaubat. Allah sangat cinta ketika seorang hamba menangis di malam hari, mengadukan masalahnya kepadaNya, dan memohon ampun atas segala dosa-dosanya. Bahkan dalam hadits, disebutkan Allah membentangkan ampunannya di malam hari untuk mengampuni taubat seorang hamba yang salah di siang hari. Dan Allah membentangkan taubatnya di siang hari untuk mengampuni dan menerima taubat hamba yang salah di malam hari, sampai matahari terbit dari tempat terbenamnya (kiamat).

Jadi, tidak alasan untuk tidak memperbanyak taubat. Sebagai manusia kita sering khilaf dan salah maka taubat adalah kebutuhan. Sebagai orang beriman kita diperintahkan oleh Allah untuk bertaubat. Sebagai seorang muslim kita wajib mengikuti Rasul yang dalam sehari tidak kurang dari 100 kali bertaubat. Dan sebagai hamba, Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang bertaubat. Maka tidak ada alasan untuk tidak bertaubat dan menunda-nunda taubat. Wallahu A’lam.


http://makalah-artikel.blogspot.com/2007/11/taubat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar